Tahun Baru Hijriyah, PAC Muslimat NU Gombong Gelar Pengajian dan Santunan

GOMBONG (MadugoNews) – Pengajian Akbar dan Santunan Anak Yatim dalam rangka peringatan Tahun Baru Hijriyah 1439 H yang digelar oleh Pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Kecamatan Gombong, Ahad (29/10) siang, dihadiri ratusan jamaah NU. Kegiatan yang dipusatkan di Aula SMK Ma’arif 2 Gombong jalan Kemukus No. 96 Gombong, itupun berjalan semarak.

Pengajian yang bertemakan “Peran Kunci Muslimat NU”, itu menghadirkan pembicara muda Kyai Novianto Said, Pengurus GP Ansor Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Ketua PAC Muslimat NU Kecamatan Gombong Hj. Hany Muslihudin Ali Zaen dalam sambutannya menyampaikan pentingnya peringatan Tahun Baru Hijriyah. Alasannya mayoritas umat Islam saat ini justru lebih banyak mengetahui dan merayakan tahun baru Masehi. “untuk itu kami hanya ingin merayakan tahun baru Hijriyah dengan kegiatan yang positif,” tuturnya.

Baca juga: Peringati Hari Sumpah Pemuda, Kasek Ajak siswanya menjadi Generasi terbaik

Peringatan tahun baru juga mempunyai fungsi untuk meningkatkan Ukhuwah Islamiyah. Dirinya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang sudah menyengkuyung kegiatan tersebut. “terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu untuk menyukseskan kegiatan ini, mulai dari dana, tenaga, pikiran dan doa, kegiatan ini dilaksanakan dengan swadaya masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, kyai Novi dalam ceramahnya menyampaikan bahwa muslimat sebagai penggerak utama dari NU. Muslimat adalah representasi dari kedisiplinan, keuletan dan keikhlasan. “Muslimat selalu menjadi penyumbang terbesar setiap kegiatan NU. Muslimat memegang peranan kunci untuk stabilitas moral masyarakat,” terang kyai Novi.

Menurutnya, Pengajian ibu-ibu khas muslimat NU, menjadi pengontrol moral masyarakat. Dimana terdapat pengajian yang digerakkan oleh muslimat, disitu ada jaminan kestabilan masyarakat dalam moral bahkan ekonomi.

Dalam kesempatan itu Kyai Novi juga menjelaskan, sebagai banom NU yang paling aktif, Muslimat juga harus bisa memahami sisi ideologis dari rutinitas khas ala NU; tawassul. Bahwa tawassul yang sering difahami sebagai sarana mengirimkan pahala bacaan minimal Al-Fatihah, harus lebih dimengerti dalam soal ideologi keislaman.

“Tawassul adalah bentuk ucapan terima kasih dan kesadaran bahwa ajaran agama yang kita anut dan kita amalkan adalah bukan tanpa campur tangan rentet-runut manusia yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW.” paparnya yang juga pimpinan Jam’iyyah Ndandani Awak (JNA) itu.

Kalau menilik runtut waktu, lanjut kyai Novi, kita hidup lebih dari tiga belas abad setelah Nabi Muhammad wafat. Artinya ajaran agama yang kita anut hari adalah buah tangan lebih dari empat puluh generasi sebelum kita hingga Nabi Muhammad SAW.

“Itulah makna ideologis NU akan tawassul. Ada kesadaran posisi kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW, yang tidak mungkin meninggalkan manusia-manusia mulia sebelum kita.” imbuh kyai yang kerap dipanggil Gus Novi itu (sfd)